1. Teori-teori Kepuasan Kerja
1. Teori
Diskrepansi atau Teori Nilai
Kepuasan
kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh sejauh mana hitungan antara apa yang
diharapkan (das sollen) dan kenyataan yang dirasakan (das sein). Individu akan
merasakan kepuasan dalam bekerja bila tidak ada perbedaan yang berarti antara
yang diinginkan dengan hasil yang dirasakan karena batas minimalnya telah
terpenuhi dengan baik. Bila ternyata apa yang diperoleh (das sein) lebih besar
daripada yang diharapkan (das sollen), individu bisa merasakan kepuasan. Akan tetapi,
bagi tipe orang yang tergolong moralitas yang menjunjung tinggi nilai-nilai
moral, kemungkinan justru hal itu tidak menimbulkan kepuasan.
Pendapat
tersebut dapat dikemukakan dalam skema-skema sederhana berikut ini.
Dari skema di atas
dapat diketahui bahwa antara apa yang diharapkan (das sollen) lebih besar
daripada apa yang dirasakan (das sein), atau apa yang diharapkan sama dengan
yang dirasakan sehingga hal ini akan menimbulkan kepuasan kerja bagi seseorang.
2. Teori
Keadilan (Equity Theory)
Kepuasan kerja seseorang, menurut
As’ad (1987), sangat dipengaruhi oleh terpenuhi tidaknya rasa keadilan (equity)
yang diterima dalam kenyataan. Perasaan adil atau tidak adil atas situasi yang
dihadapi akan diperoleh melalui perbandingan antara dirinya dengan orang lain
yang setaraf, sekantor atau di tempat lain. Elemen teori ini meliputi (a)
input, (b) output (hasil), dan (c) perbandingan antara orang satu dan yang
lainnya (comparison person).
a. Input
: Yang dimaksud dengan input adalah segala sesuatu yang berharga, yang
dirasakan oleh karyawan sebagai sumbangan terhadap sesuatu pekerjaan, misalnya
pendidikan, pengalaman, keterampilan, keahlian, dan jumlah jam kerja.
b. Output
: Mengandung pengertian sebagai segala sesuatu yang dirasakan oleh karyawan
sebagai hasil dari pekerjaannya. Output ini berupa gaji, upah, symbol status,
dan kesempatan untuk berprestasi atau kesempatan untuk mengekekspresikan diri
atau aktualisasi diri.
c. Perbandingan
dengan Orang Lain : Dengan siapa seorang membandingkan antara input-output yang
dimilikinya. Perbandingan ini dapat dilakukan dengan individu lain dalam satu
kantor/pekerjaan, atau di tempat lain, tetapi bisa juga dengan dirinya ketika
membandingkan antara hasil masa lalu dengan masa kini.
3. Teori
Dua Faktor
Puas tidaknya dalam bekerja bukan
merupakan konsep yang kontinu. Herzberg (dalam As’ad, 1987; Greenberg dan
Baron, 1997; Bridger, 1995) menyatakan bahwa kepuasan kerja seseorang sangat
dipengaruhi dua kelompok situasi, yaitu kelompok yang memberi kepuasan
(satisfiers) dan kelompok yang tidak memberikan kepuasan (disatisfiers/hygiene
factor).
a. Satifiers
: Faktor-faktor yang menjadi sumber kepuasan seseorang dalam bekerja, antara
lain prestasi kerja (achievement), kerja itu sendiri memberi kepuasan, tanggung
jawab, dan kesempatan promosi.
b. Disatisfiers
: Faktor-faktor yang menjadi sebab munculnya ketidakpuasan seorang individu. Misalnya,
administrasi dan kebajikan lembaga, teknik pengawasan, gaji, hubungan
interpersonal, kondisi kerja, status, dan jaminan kerja. Perbaikan kondisi ini,
misalnya perbaikan gaji dan kondisi kerja; akan mengurangi kertidakpuasan
kerja, tetapi tidak akan menimbulkan kepuasan karena bukan itu yang menjadi
sumber kepuasan kerja.
Sikap kerja dapat dijadikan indikator apakah suatu pekerjaan berjalan lancar atau tidak. Jika sikap kerja dilaksanakan dengan baik, pekerjaan akan berjalan lancar. Jika tidak berarti akan mengalami kesulitan. Tetapi, bukan berarti adanya kesulitan karena tidak dipatuhinya sikap kerja, melainkan ada masalah lain lagi dalam hubungan antara karyawan yang akibatnya sikap kerjanya diabaikan.
Gibson (1997), menjelaskan sikap sebagai perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek ataupun keadaan. Sikap lebih merupakan determinan perilaku sebab, sikap berkaitan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi.
Sada (2000), adalah tindakan yang akan diambil karyawan dan segala sesuatu yang harus dilakukan karyawan tersebut yang hasilnya sebanding dengan usaha yang dilakukan.
Sikap kerja mempunyai sisi mental yang mempengaruhi individu dalam memberikan reaksi terhadap stimulus mengenai dirinya diperoleh dari pengalaman dapat merespon stimulus tidaklah sama. Ada yang merespon secara positif dan ada yang merespon secara negative. Karyawan yang memiliki loyalitas tinggi akan memiliki sikap kerja yang positif. Sikap kerja yang positif meliputi :
1) kemauan untuk bekerja sama. Bekerja sama dengan orang-orang dalam suatu kelompok akan memungkinkan perusahaan dapat mencapai tujuan yang tidak mungkin dicapai oleh orang-orang secara individual.
2) rasa memiliki. Adanya rasa ikut memiliki karyawan terhadap perusahaan akan membuat karyawan memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung jawab terhadap perusahaan sehingga pada akhirnya akan menimbulkan loyalitas demi tercpainya tjuan perusahaan.
3) hubungan antar pribadi. Karyawan yang mempunyai loyalitas karyawan tinggi mereka akan mempunyai sikap fleksibel kea rah tete hubungan antara pribadi. Hubungan antara pribadi ini meliputi : hubungan social diantara karyawan. Hubungan yang harmonis antara atasan dan karyawan, situasi kerja dan sugesti dari teman sekerja.
4) suka terhadap pekerjaan. Perusahaan harus dapat menghadapi kenyataan bahwa karyawannya tiap hari dating untu bekerja sama sebagai manusia seutuhnya dalam hal melakukan pekerjaan yang akan dilakukan dengan senang hati sebagai indikatornya bisa dilihat dari : kesanggupan karyawan dalam bekerja, karyawan tidak kpernah menuntut apa yang diterimanya di luar gaji pokok.
3. Pengukuran Sikap Kerja
Seperti yang sudah diuraikan
sebelumnya, Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting
untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal. Ketika seorang merasakan kepuasan
dalam bekerja tentunya ia akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap
kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya. Dengan
demikian produktivitas dan hasil kerja karyawan akan meningkat secara optimal.
Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan pada dasarnya secara praktis dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri dan dibawa oleh
setiap karyawan sejak mulai bekerja di tempat pekerjaannya, Sebagai contoh,
karyawan yang sudah lama bekerja memiliki kecenderungan lebih puas dibandingkan
dengan karyawan yang belum lama bekerja (Doering et al., 1983) Faktor
eksentrinsik menyangkut hal-hal yang berasal dari luar diri karyawan, antara
lain kondisi fisik lingkungan kerja, interaksinya dengan karyawan lain, sistem
penggajian dan sebagainya.
Secara teoritis, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja sangat banyak jumlahnya, seperti gaya kepemimpinan, produktivitas kerja, perilaku, locus of control , pemenuhan harapan penggajian dan efektivitas kerja.
Secara teoritis, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja sangat banyak jumlahnya, seperti gaya kepemimpinan, produktivitas kerja, perilaku, locus of control , pemenuhan harapan penggajian dan efektivitas kerja.
☻ Salah satu cara untuk menentukan apakah pekerja puas dengan pekerjaannya atau
tidak, ialah dengan membandingkan pekerjaan mereka dengan beberapa pekerjaan
ideal tertentu (teori kesenjangan).
☻ Faktor-faktor yang biasanya
digunakan untuk mengukur kepuasan kerja seorang pegawai diantaranya :
- isi pekerjaan, penampilan tugas pekerjaan yang aktual dan sebagai kontrol terhadap pekerjaan
- supervise
- organisasi dan manajemen
- kesempatan untuk maju
- gaji dan keuntungan dalam bidang finansial lainnya seperti adanya insentif
- rekan kerja
- kondisi pekerjaan
☻Menurut Job Descriptive Index (JDI)
faktor penyebab kepuasan kerja, pengukuran sikap/kepuasan kerja, diantaranya :
1. bekerja pada tempat yang tepat
2. pembayaran yang sesuai
3. organisasi dan manajemen
4. supervisi pada pekerjaan yang
tepat
5. orang yang berada dalam pekerjaan
yang tepat
Daftar Pustaka :
-Dariyo, A. 2008. Psikologi perkembangan: Dewasa muda. Jakarta:
Grasindo.
-Gibson, J.L, Ivan Cevich and Donelly. 1997. Organization. Jakarta: Binapura Aksara.
-Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta: BumiAksara.
-Robbins, Stephen P, 2003. Perilaku Organisasi: Jilid 2. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.
0 komentar:
Posting Komentar