Analisis
Transaksional (AT) adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam
terapi individual, tetapi ini lebih cocok digunakan untuk terapi kelompok. AT berbeda
dengan sebagian besar terapi lain karena merupakan suatu terapi kontraktual dan
desisional. AT melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan
jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses terapi. AT juga berfokus pada
putusan-putusan awal yang dibuat oleh klien dan menekankan kemampuan klien
untuk membuat putusan-putusan baru. AT menekankan aspek-aspek kognitif
rasional-Behavior dan berorientasi pada peningkatan kesadaran sehingga klien
akan mampu membuat putusan-putusan baru dan mengubah cara hidupnya.
Pendekatan ini dikembangkan oleh
Eric Berne, berlandaskan suatu teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural
dan transaksional. Teori ini
menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang
terpisah, yaitu : orang tua, orang dewasa, dan anak. Teori Berne menggunakan beberapa kata utama
dan menyajikan suatu kerangka yang bisa dimengerti yang dipelajari dengan
mudah. Kata-kata utamanya adalah orang tua, orang dewasa, anak, putusan,
putusan ulang, permainan, skenario, pemerasan, dicampuri, pengabaian, dan ciri
khas.
2. Perbandingan Terapi Individu & Terapi Kelompok
Terapi
individual adalah penanganan klien dengan pendekatan hubungan individual antara
seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang
terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang
dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan
tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi
perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal
hubungan. Sedangkan terapi kelompok
merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien bersama-sama
dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh
seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih. Terapi
kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan
stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal. Keuntungan yang diperoleh
individu melalui terapi aktivitas kelompok ini adalah dukungan (support),
pendidikan, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan kemampuan
hubungan interpersonal dan meningkatkan uji realitas sehingga terapi aktivitas
kelompok ini dapat dilakukan pada karakteristik gangguan seperti : gangguan
konsep diri, harga diri rendah, perubahan persepsi sensori halusinasi, klien
dengan perilaku kekerasan atau agresif dan amuk serta menarik diri/isolasi
sosial.
3. Metode Terapi Rasional Emotif
Terapi rasional emotif (TRE) adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan
asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional
dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki
kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan
mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan
mengaktualisasikan diri. Akan tetapi, manusia juga memiliki
kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran,
berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan secara tak berkesudahan,
takhayul, intoleransi, perfeksionisme, dan mencela diri, serta menghindari
pertumbuhan dan aktualisasi diri.
Terapi
rasional emotif menegaskan bahwa manusia memiliki sumber-sumber yang tak
terhingga bagi aktualisasi potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah
ketentuan-ketentuan pribadi dan masyarakat. Manusia dilahirkan dengan
kecenderungan untuk mendesakkan pemenuhan keinginan-keinginan,
tuntutan-tuntutan, hasrat-hasrat, dan kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Jika
tidak segera mencapai apa yang diinginkannya, manusia mempersalahkan dirinya
sendiri ataupun orang lain.
TRE
menekankan bahwa manusia berpikir, beremosi, dan bertindak secara stimulan.
Jarang manusia beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan- perasaan biasanya
dicetuskan oleh persepsi atas suatu situasi yang spesifik.
Menurut
Allbert Ellis, manusia bukanlah makhluk yang sepenuhnya ditentukan secara
biologis dan didorong oleh naluri-naluri. Ia melihat individu sebagai makhluk
unik dan memiliki kekuatan untuk memahami keterbatasan-keterbatasan, untuk mengubah
pandangan-pandangan dan nilai-nilai dasar yang telah diintroyeksikannya secara
tidak kritis pada masa kanak-kanak, dan untuk mengatasi
kecenderungan-kecenderungan menolak diri sendiri. Sebagai akibatnya, mereka
akan bertingkah laku berbeda dengan cara mereka bertingkah laku di masa lampau.
Jadi, karena bisa berpikir dan bertindak sampai menjadikan dirinya berubah,
mereka bukan korban-korban pengkondisian masa lampau yang pasif.
4. Metode Terapi Perilaku
Terapi perilaku
(Behaviour therapy, behavior modification) adalah pendekatan untuk psikoterapi
yang didasari oleh Teori Belajar (learning theory) yang bertujuan untuk
menyembuhkan psikopatologi seperti; depression, anxiety disorders, phobias,
dengan memakai tehnik yang didisain menguatkan kembali perilaku yang diinginkan
dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Terapi perilaku pertama kali
ditemukan pada tahun 1953 dalam proyek penelitian oleh BF Skinner, Ogden
Lindsley, dan Harry C. Salomo. Selain itu termasuk juga Wolpe Yusuf dan Hans
Eysenck. Secara umum, terapi perilaku berasal dari tiga Negara, yaitu Afrika
Selatan (Wolpe), Amerika Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck)
yang masing-masing memiliki pendekatan berbeda dalam melihat masalah perilaku.
Eysenck memandang masalah perilaku sebagai interaksi antara karakteristik
kepribadian, lingkungan, dan perilaku.
Daftar Pustaka :
- Corey, Gerald.
2013. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : PT. Refika Aditama.
- Nevid, jeffery. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.
- I, M. Ingram. 1993. Catatan
kuliah psikiatri. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
- Rawlins, T.R.P.,
Williams, S.R., Beck, C.M. 1993. Mental Health Psychiatric Nursing a
Holistic Life Cycle Approach. St. Louis : Mosby Year Book.
0 komentar:
Posting Komentar