1. Metode Terapi Humanistik Eksistensial
Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force). Teori eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Banyak para ahli psikologi yang berorientasi eksistensial,mengajukan argumen menentang pembatasan studi tingkah laku pada metode-metode yang digunakan oleh ilmu alam.
*Konsep Utama Terapi Humanistik-Eksistensial
- Kesadaran Diri
- Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
- Penciptaan Makna
*Tujuan-tujuan Terapeutik
Terapi eksistensial bertujuan agar
klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas
keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan
bertindak atas kemampuannya.
*Fungsi dan Peran Terapis dalam
Terapi Humanistik-Eksistensial
Terapis dalam terapi humanistik
eksistensial mempunyai tugas utama, yaitu berusaha untuk memahami klien sebagai
sesuatu yang ada di dalam dunia ini. Dimana tekhnik yang digunakannya itu
selalui mendahului suatu pemahaman yang mendalam terhadap kliennya. Prosedur
yang digunakan bisa bervariasi, tidak hanya dari klien yang satu ke klien yang
lainnya, tetapi juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien
yang sama.
2. Metode Terapi Psikoanalisa
Psikoanalisis
adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia
dan metode psikoterapi. Psikoanalisis berasal dari uraian tokoh psikoanalisa
yaitu Sigmund Freud yang mengatakan bahwa gejala neurotic pada seseorang timbul
karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya
dengan ingatan yang ditekan, ingatan mengenai hal-hal yang traumatic dari
pengalaman seksual pada masa kecil. Selain itu, Freud juga mengatakan bahwa
perilaku manusia ditentukan oleh kekuatan irasional yang tidak disadari dari
dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa lima
tahun pertama dalam kehidupannya.
*Tujuan terapi :
1.
Mengungkapkan konflik-konflik yang
dianggap mendasari munculnya ketakutan yang ekstrem dan reaksi menghindar yang
menjadi karakteristik gangguan ini.
2.
Membentuk kembali struktur karakter
individu dengan membuat pasien sadar akan hal yang selama ini tidak
disadarinya.
3.
Focus pada upaya mengalami kembali
pengalaman masa anak-anak.
*Peran terapis :
1.
Membantu pasien dalam mencapai
kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam
menangani kecemasan secara realistis.
2.
Membangun hubungan kerja dengan
pasien, dengan banyak mendengar & menafsirkan
3.
Terapis memberikan perhatian khusus
pada penolakan-penolakan pasien
4.
Mendengarkan kesenjangan &
pertentangan pada cerita pasien
3. Perbedaan Terapi Humanistik Eksistensial dengan Person Centered Therapy
Terapi Humanistik
Eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari
kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab saling berkaitan sedangkan Person Centered
Therapy (Rogers)
Psikoterapi ini menekankan bahwa prinsip terapi ini tidak hanya diterapakan
dalam proses terapi, tetapi prinsip-prinsip terapi ini dapat diterapkan di
berbagai setting seperti dalam masyarakat. Dengan meningkatkan keterlibatan
hubungan personal dengan klien, terapis lebih aktif & terbuka, lebih
memperhatikan pengaruh lingkungan.
4. Teknik dari Logoterapi
Pendiri
logoterapi adalah Victor Frankl. Victor E Frankl di lahirkan di wina, pada
tanggal 26 maret 1905 dan meninggal pada tanggal 2 september 1997 akibat gagal
jantung. Logoterapi mendapat julukan kehormatan sebagai The Third Viennese
School of Psychotheraphy sebagai aliran mapan setelah psikoamalisa Sigmun Freud
dan psikologi individual Alfred adler. Teori dan terapi ini berkembang karena
pengalaman victor dalam kelompok konsentrasi Naazi yang mematikan. Ia menyebutkan bentuk terapinya sebagai
Logotherapy yang bersala dari yunani logos yang artinya belajar, kata,
semnagat atau makna. Logoterapi menrumuskan suatu keinginan untuk memaknai (will
to meaning).
Kondisi
masyarakat Indonesia saat ini banyak diliputi oleh rasa frustasi, baik di
kalangan eksekutif, profesional, karyawan biasa sampai para pengangguran dan
pensiunan. Hal ini disebut sebagai frustasi eksistensial. Bagi para karyawan, eksekutif
dan profesional, mereka mencurahkan hampir seluruh perhatian dan waktunya untuk
pekerjaan mereka. Mereka sangat sibuk dengan tekanan tanggung jawab pekerjaan,
tuntutan target pekerjaan sekaligus tuntutan memenuhi nafkah hidup bagi diri
dan keluarganya tetapi melupakan “kehidupan” dirinya sendiri. Kemakmuran materi
seringkali dijadikan tujuan terakhir atau bahkan tujuan utama satu-satunya pada
dirinya sendiri. Banyak orang menaruh perhatian semata-mata pada uang dan
dengan uang mereka merasa berkuasa. Bagi para pengangguran dan pensiunan,
banyak dari mereka mengalami krisis spiritual dan kecemasan (neurosis).
Kebanyakan dari mereka tidak tampak depresi tetapi apatis, acuh tak acuh dan
kehilangan inisiatif.
Daftar Pustaka :
Frankl.
Emil. (2004). On the theory and therapy of mental disorders: an introduction
to
logotherapy and existential analysis. Brunner-Routledge 270 Madison
Avenue. New York.
Bastaman, H.D. Logoterapi Psikologi
untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna. PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta. 2007.
·
Feist, J., & Feist, G. J.
(2009). Theories of Personality (7th ed.).
New York: McGraw-Hill.
·
Gunarsa, S.D. (1996). Konseling dan
Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia
April
15
Corey Gerald. 2009. Teori dan Praktek
Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama
Misiak, henryk. 2005 . Psikologi fenomenologi,eksistensial
dan humanistic. Bandung: PT Rafika
aditama